Jadi Figuran Dadakan di Film Sang Pencerah

(http://poetra-indonesia.blospot.com)
SEBELUMNYA saya sudah pernah terlibat dalam produksi film. Namun hanya film pendek yang bersetting di sekolah dan hasilnya belum bisa saya nikmati sampai sekarang. 

Tanggal 17 Juni 2010, saya akhirnya bisa ikut terlibat (walaupun tampil sekelumit) dalam film terbaru sutradara Hanung Bramantyo. Sebuah kesempatan emas untuk ikut terlibat menjadi figuran dan bisa menyaksikan proses syuting film tentang K.H. Ahmad Dahlan ini.

Awalnya, saya yang baru pulang dari try out didatangi salah satu sahabat terbaikku, namanya Andi Setiawan. Dia mengajakku syuting di Ngasem, Yogyakarta dengan tergesa-gesa. Aku yang tidak tega melihat sahabatku meminta pun langsung menyetujuinya. Akhirnya aku bergegas ganti baju dan langsung ke sana.


Di sana, ternyata ada juga teman SD-ku yang sudah ikut terlibat dari hari sebelumnya. Ada juga tetangga yang dulu sering main di kampungku. Kami yang berjumlah 10 orang pun bergerombol. Duduk-duduk di joglo kompleks Universitas Widya Mataram. Tak berapa lama kami langsung disuguhi makanan lezat.

Saya berpikir, biasanya film besar tentu ada aktor maupun aktris besar yang terlibat. Nah, saya pun melongok sana kemari melirik lokasi pengambilan adegan yang tempatnya di sebuah rumah kayu jadul buatan. Dari kejauhan saya dapat melihat Saskia Audya Mecca sedang duduk mengamati adegan yang ditampilkan pada monitor. Wah, ada banyak orang yang berfoto sama dia, termasuk juga bule-bule yang berkulit hitam dan putih.
(http://google.com)
Kami menunggu lama banget. Lalu salah seorang kru mendata nama-nama kami dan kami diminta membubuhkan tanda tangan. Saya sampai bertanya-tanya, peran seperti apa yang akan kumainkan?

Kami menunggu dan terus menunggu, akhirnya kami memutuskan untuk pindah tempat di dekat basecamp kostum artis. Dari dekat saya bisa melihat aksi sutradara peraih lebih dari satu piala citra ini. Ada pula mantan penyanyi cilik, Joshua Suherman dan beberapa teman artis yang seumurannya. Sangat berbeda ketika melihatnya di TV, di sini mereka kelihatan seperti bukan artis.

Di basecamp banyak aktor lalu lalang keluar masuk basecamp. Saya dapat melihat mantan penyanyi cilik Joshua yang kira-kira umurnya lebih tua dari saya sedang berjalan sambil bercanda bersama 3 aktor seumurannya yang terlihat kekar bak bodyguard. Mereka tinggi (yang penting lebih tinggi dari saya) dan kulitnya hitam (seperti anak kampung beneran, padahal mereka terlihat bersih di TV). Di lokasi syuting tidak ada yang fanatik sampai minta tanda tangan segala. Mereka sama seperti kru film yang terus berjuang menyelesaikan sebuah film yang bernuansa Islami. Saya kemudia memicingkan mata, dari lokasi syuting ada sosok pria berjalan menuju ruang basecamp. Dia adalah pemeran utama film Sang Pencerah, Lukman Sardi. Aku masih ingat aktingnya di film Quickie Express. Dia tidak tinggi (meskipun aku lebih pendek darinya) dan putih bersih juga ramah. Berjalan saja dia sempat menyapa orang-orang yang dilewatinya. Hmm...cocok, deh seperti perannya di film ini.

Selepas Isya, tibalah giliran kita untuk syuting. Sebelumnya kami masing-masing didandani dengan baju-baju jadul yang udah kusam. Apalagi kain batik (yang dikenakan seperti sarung) yang saya kenakan terlalu mepet membuatku sulit untuk berjalan. Alhasil saya tarik-tarik supaya longgar, namun... 'srekkk...!!!' terdengar nyaring, (waduh!) kain batikku sobek. Wah, untung hanya teman-teman yang tahu, saya pun jadi bulan-bulanan teman-teman saya. Terus tertawa dan terus tertawa tiada henti (huh... sebal sekali).

Waktu syuting pun tiba, saya dan teman-teman (6 cowok dan 4 cewek) bergegas ke lokasi pengambilan gambar. Saya dan 5 teman mendapat peran sebagai jamaah sholat tarawih. Yang 4 teman lainnya juga, tapi mereka diceritakan terlambat. Yang paling membuatku jengkel adalah saya hanya terlihat di kamera hanya dari belakang saja (jadi jangan harap kamu dapat melihat wajahku yang rupawan di film Sang Pencerah, he he he).

Usai pengambilan gambar kita langsung duduk-duduk santai di depan dan pinggir basecamp. Disini saya dapat melihat proses syuting adegan yang menarik. Yaitu penduduk kampung yang menyerbu rumah K.H. Ahmad Dahlan yang sedang dipakai untuk pengajian. Mereka berdialog tanpa basa-basi dan langsung masuk ke dalam dan mungkin membakarnya. Mengapa mungkin? Karena adegannya cuma sampai disitu dan mungkin diedit untuk menggambarkan rumah K.H. Ahmad Dahlan yang terbakar.

Kami tidak dibayar murah untuk main film ini. Meskipun hanya beberapa detik, namun tidak apalah sebagai sebuah pengalaman bisa ikut terlibat langsung dalam film nasional. 

Sehabis itu, sebelum pukul 23.00 kami pulang. Kami dapat sebuah pengalaman yang berharga dalam hidup. Dan begitulah suasana saat menyaksikan secara langsung proses syuting film Sang Pencerah. Saya minta maaf jika postingan saya ini menyinggung pihak yang terlibat dan membeberkan isi film tersebut. Jangan lupa untuk menyaksikan film Sang Pencerah, yang rencananya dirilis sehabis bulan Ramadhan tahun ini. (Achmad Muchtar)

Komentar

  1. Cieee...seneng ya dapet pengalaman terlibat di salah satu film Indonesia yang mudah-mudahan saja berkualitas mantap. Jadi ngiri ;)

    BalasHapus
  2. Wah, nggak nyangka bakal dikomentari oleh movie blogger ternama.... Biasa aja nih, gilasinema....tapi seneng juga...:-)

    BalasHapus

Posting Komentar