 |
| (Dok. KMSI UGM) |
Genre: Prosa, Antologi Cerpen
Penulis: Ardila, dkk.
Kata Pengantar: Dr. Pujiharto, M. Hum.
Penyunting: A. Chandra
Desainer sampul dan isi: Nanda Gaidha
Penerbit: KMSI UGM & Javakarsa Media
ISBN: 9-78602-18294-4-8
Cetakan: I, Oktober 2013
Tebal: 88 halaman
Harga: Rp38.000,-
Orang-orang bilang dia datang setiap pukul lima kurang lima belas. Ada pula yang bilang dia datang setiap pukul enam kurang lima. Namun, beberapa bilang dia datang setiap pukul setengah tujuh lebih lima. Aku percaya pada semua kemungkinan kedatangannya...
Antologi ini ditulis oleh sepuluh orang mahasiswa Sastra Indonesia UGM dengan sepuluh judul. Judul-judul dalam kumpulan cerpen ini adalah "Ilusi Sepi" (Achmad Muchtar), "Menunggu Pagi" (Ardila Chaka), "Lucah" (Budi Wahyono), "Bangkai" (Indiana Malia), "Amanat Nogosari" (Maghfiroh), "Kolektor Asa" (Nafisah), "Pekik Kehidupan Sahabatku" (Novita D.P), "Ajari Aku Berlayar" (Patricia Elsa), "Lilin" (Setyani), dan "Maaf Tak Teucap" (Ucil).
"Meskipun belum memperlihatkan pencapaian estetika yang signifikan, secara keseluruhan gugusan cerpen dalam Menunggu Pagi telah berhasil mendokumentasikan kemunduran humanitas di Indonesia. Antologi cerpen karya Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada, membuktikan dunia tekstual sastra tidak berjarak dengan dunia empiris. Karya ini dapat digunakan sebagai peta dalam membenahi kemunduran humanitas. Sastra Indonesia merupakan rumah kita bersama; tempat kita memperbarui pandangan, memberi suara bagi yang lemah, dan menemukan kemanusiaan."
Antologi ini ditulis oleh sepuluh orang mahasiswa Sastra Indonesia UGM dengan sepuluh judul. Judul-judul dalam kumpulan cerpen ini adalah "Ilusi Sepi" (Achmad Muchtar), "Menunggu Pagi" (Ardila Chaka), "Lucah" (Budi Wahyono), "Bangkai" (Indiana Malia), "Amanat Nogosari" (Maghfiroh), "Kolektor Asa" (Nafisah), "Pekik Kehidupan Sahabatku" (Novita D.P), "Ajari Aku Berlayar" (Patricia Elsa), "Lilin" (Setyani), dan "Maaf Tak Teucap" (Ucil).
"Meskipun belum memperlihatkan pencapaian estetika yang signifikan, secara keseluruhan gugusan cerpen dalam Menunggu Pagi telah berhasil mendokumentasikan kemunduran humanitas di Indonesia. Antologi cerpen karya Keluarga Mahasiswa Sastra Indonesia Universitas Gadjah Mada, membuktikan dunia tekstual sastra tidak berjarak dengan dunia empiris. Karya ini dapat digunakan sebagai peta dalam membenahi kemunduran humanitas. Sastra Indonesia merupakan rumah kita bersama; tempat kita memperbarui pandangan, memberi suara bagi yang lemah, dan menemukan kemanusiaan."
--SULFIZA ARISKA (Pemenang Unggulan Sayembara Novel DKJ 2012), pengantar bedah buku Menunggu Pagi, 16 Oktober 2013
Komentar
Posting Komentar