Berbasah-basah Ria di Grojogan Sewu Tawangmangu

Foto bersama di depan air terjun (Dok. Nafisah)
SABTU PAGI saya menerima sebuah SMS dari seorang teman--sebut saja Galer. Dia mengajak saya ke Solo saat itu juga, padahal saya masih berada di tempat tidur. Lalu saya bergegas mandi. Teman saya berniat memboncengkan saya. Katanya, Izul sudah menunggu di Bunderan UGM. Kami lalu meluncur ke sana. 

Di Bunderan UGM, kami berdebat, siapa saja yang mau ikut ke Solo. Lalu kami meng-SMS teman-teman kami yang dirasa bisa diajak naik motor ke Solo. Muncul beberapa kandidat--yang tidak boleh disebutkan di sini. Waktu itu ada saya, Galer, Izul, Deswara, Isti, dan ketua angkatan Sasindo 2012--Hendy. Ada beberapa nama yang diusulkan. Pada akhirnya hanya Nafisah yang memenuhi syarat lahir dan batin--dia ultah hari itu, siapa tahu ke sana dibayarin.

Ada empat motor dan kami bertujuh orang. Saya sendiri dan mereka berpasangan. Langsung kami meluncur dengan cepat ke Solo mengingat matahari sudah mau terik. Kami melewati Jl. Solo lurus ke arah timur, melewati Klaten, lalu sampai di Solo.

Di Solo, ada beberapa kejadian menarik. Si Izul dan Galer terjerumus ke jalur mobil yang memang pada akhirnya tidak terjadi apa-apa. Lalu saya yang terpisah dari mereka dan dinyatakan hilang. Saya sepertinya mengikuti tas warna kuning--warna tas Isti--di depan saya, tetapi ternyata itu bukan Hendy dan Isti. Saya tersesat di depan Gedung DPRD Solo dan Solopos. Saya pasti tahu mereka paniknya luar biasa ditambah hape saya yang baterainya sudah mengembung dan dapat mati kapan pun. Dan saat genting itulah Isti menelepon dan hape saya mendadak mati. Saya nyalakan lagi bisa hidup lalu mati lagi. Lalu saya kirim pesan bahwa saya menunggu di SPBU Manahan. Akhirnya kami bersama lagi.

Di sebuah jalan yang ramai, kami dikagetkan oleh razia dari polisi setempat. Galer panik karena dia tidak membawa STNK--motornya saya yang memakai--dan saya tidak punya SIM. Lantas Galer memberi saya uang kira-kira Rp200.000,- untuk jaga-jaga. Namun, saya dengan muka polos dan tidak bersalah bisa lolos dari razia dengan ikut keluar bersama motor yang sudah dirazia. Saya melakukannya seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Namun, kami turut berduka cita karena Hendy terkena tilang karena tidak mempunyai SIM.

Kami lalu ke Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) untuk studi banding Sasindo. Di sana suasana kampusnya sangat nyaman. Banyak pepohonan di kanan kiri. Pohon-pohon itu menjatuhkan dedaunan dan bagian-bagian pohonnya dengan sangat lembut dan menawan. UNS sangat hijau kala itu. Tujuan kami hanya satu, mencari fakultas yang ada sasindo-nya. Berbeda dengan UGM yang ada Fakultas Ilmu Budaya, di UNS ada Fakultas Sastra dan Seni Rupa yang di dalamnya ada jurusan Sastra Indonesia. Kami mampir sejenak lalu istirahat dan salat Duhur di Masjid Kampus UNS.

Di UNS Solo (Dok. Nafisah)

Di FSSR UNS Solo (Dok. Nafisah)
Kami makan di warung seorang ibu--kami menamainya Ibu Jutek. Di warung itu juga menyediakan alat-alat listrik. Selesai makan, kami lalu menuju tujuan utama kami, Air Terjun Tawngmangu. Ada beberapa kejadian unik, dari kami salah belok sampai saya yang kehabisan bensin. Namun, pada akhirnya kami sampai Grojogan Sewu Tawangmangu melalui jalan atas sebelum jam 4 sore--jam 4 daerah wisata ini tutup.

Kami turun menuju air terjun yang tingginya kira-kira 80 meter. Kami menuruni anak tangga yang banyak sekali yang di kanan kiri tersebar monyet-monyet kecil yang bisa menyerang kapan saja.

Setelah sampai di dekat Grojogan Sewu, kami berbasah-basah ria sambil foto-foto ria bertujuh.
Jembatan outbond (Dok. Nafisah)
Foto bersama (Dok. Nafisah)
Saya dengan latar air terjun (Dok. Nafisah)
Jalan-jalan, Men! (Dok. Nafisah)
Di depan Grojogan Sewu (Dok. Nafisah)
Di depan air terjun (Dok. Nafisah)
Berbasah-basah ria (Dok. Nafisah)
Berbasah-basah ria bersama (Dok. Nafisah)
Deswara, Nafisah, Galer, Saya, Hendy, Isti, dan Izul (Dok. Nafisah)
Jam 4 daerah wisata ini ditutup, maka ada petugas yang memberitahu bahwa sebentar lagi daerah ini akan tutup. Sepertinya kami pengunjung terakhir kala itu. Maka setelah salat asar, kami keluar obyek wisata itu dengan naik tangga yang panjangnya bagaikan beratus-ratus kilometer kala itu. Kami kecapekan menaikinya, bahkan Hendy harus digendong Deswara karena dia sedang sakit.

Foto narsis dari tangan saya (Dok. Nafisah)
Foto narsis dari tangan saya (Dok. Nafisah)
Foto narsis dari tangan Hendy (Dok. Nafisah)
Foto narsis dari tangan Deswara (Dok. Nafisah)
Foto narsis dari tangan Hendy (Dok. Nafisah)
Foto narsis bersama (Dok. Nafisah)

Malamnya kami mampir sebentar ke SPBU untuk salat Magrib lalu pulang. sebelum pulang, kami mencari tempat makan yang mengharuskan kami keluar masuk UNS berkali-kali. Pada akhirnya kami tidak menemukan tempat makan rekomendasi teman luar. Akhirnya kami asal masuk ke tempat makan di dekat lapangan futsal.

Kami pun pulang. Lalu ada kejadian unik lagi, saya kehabisan bensin saat sudah akan sampai di UGM. Untung saya memboncengkan Isti kala itu karena hapeku mati total. Alhasil komunikasi terjalin dan Galer bisa mengantarkan saya pulang dengan lancar. Petualangan kami menembus kota Solo amatlah menyenangkan. Kami tak sabar untuk mengulanginya lagi ke tempat wisata lainnya. (Achmad Muchtar)

Komentar