Suara-suara Pemuda Antikemapanan

Judul: Dengarlah Nyanyian Angin
Judul Asli: Kaze no Uta o Kike
Bahasa Asli: Jepang
Penulis: Haruki Murakami
Penerjemah ke dalam bahasa Indonesia: Jonjon Johana
Penerbit: Kepustakaan Populer Gramedia (KPG)
Cetakan: II, Mei 2013
Dimensi: iv + 119 hlm; 13,5 x 20 cm
ISBN: 978-979-91-0562-2


Dengarlah Nyanyian Angin berterita tentang anak-anak muda dalam arus perbenturan nilai-nilai tradisional dan modern di Jepang tahun 1960--1970-an. Dalam kisah ini, si Aku, pejantan tangguh, tetapi terobsesi dengan seorang penulis Amerika yang mati bunuh diri. Kekasih Aku merupakan gadis manis dan bersahaja, tetapi tidak ragu-ragu menggugurkan janin dalam kandungannya, yang entah siapa ayahnya. Sahabat kental Aku, Nezumi, anak hartawan, tetapi muak dengan kekayaan dan menenggelamkan diri dalam alkohol. Mereka bertiga melewati delapan belas hari yang tak terlupakan pada suatu musim panas di sebuah kota kecil di tepi laut.

Saya sangat menyukai gaya bertutur Murakami. Ia bertutur apa adanya. Walaupun ia mengungkapkan hal-hal yang tidak biasa, bahkan mengerikan sekalipun, konsistensi tone-nya tetap terjaga. Ia seperti menulis tanpa beban. Tulisannya mengalir seirama, hampir tidak ada keberpihakan, atau datar-datar saja dalam menuliskan sesuatu. Banyak hal-hal yang diungkap oleh Murakami. Dunia remaja penuh gejolak, tetapi dituturkan dengan gaya bahasa yang tidak menye-menye. Serius dan naratif. Maksud saya, Murakami bertutur secara naratif, tentang peristiwa-peristiwa jasmani dan hanya sedikit peristiwa psikis. hal inilah yang membuat ceritanya mudah dinikmati hingga akhir.

Ada beberapa hal yang mengagetkan dalam bahasa hasil terjemahan ini, yaitu digunakannya kata-kata tidak baku, atau kata-kata khas remaja di beberapa dialognya. Hal tersebut memang tidak bisa dihindarkan mengingat para tokohnya merupakan remaja yang sedang dalam gejolak. Yang menarik adalah tokoh aku yang bertutur, seolah-oleh menuliskan pengakuan dosa. Ia mengaku telah meniduri tiga perempuan dan bercerita tentang kronologisnya. Murakami menuliskannya seolah-olah tidak ada tekanan sama sekali. Ia juga tidak menunjukkan keberpihakannya pada sesuatu yang baik atau buruk. Semuanya sama saja di matanya. Begitulah, novel pendek ini sangat menarik untuk dibaca.

Komentar